Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Wisata Alam Posong, Semua Gunung Terlihat dalam Satu Frame
Kartu by.U, kartu digital pertama Indonesia
Xiaomi Redmi Cepat rusak?
Tips diet mudah, turun 8kg 2 bulan!
Cara mengembalikan foto yang terhapus

Matinya Angkutan Kota dan Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKDP) di Banyumas Raya

 

Terminal Purwokerto
Sepinya Terminal Bus Bulupitu Purwokerto, Jawa Tengah

BOODS.ID - Angkutan umum adalah sarana transportasi publik yang sangat membantu orang-orang saat bepergian jauh tanpa harus mengendarai kendaraan pribadi. Angkutan umum sangatlah dibutuhkan meskipun saat ini hampir semua keluarga sudah memiliki kendaraan pribadi baik berupa kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat.

Angkutan umum dibutuhkan saat dimana kita tidak bisa mengendarai kendaraan pribadi karena alasan tertentu seperti sakit, kendaraan rusak, atau bepergian keluar kota yang tidak memungkinkan menggunakan kendaraan pribadi.

Penyedia angkutan umum ada yang dari pemerintah ada juga yang dari swasta. kendaraan umum yang dikelola pemerintah berada di bawah kementerian perhubungan, sedangkan yang dari swasta ada yang milik perseorangan (angkutan kota ataupun koperades), badan hukum berupa perseroan terbatas (PT), Perusahaan Otobus (PO) ataupun bentuk usaha lainnya.

Di Banyumas Raya sendiri banyak transportasi publik yang tersedia, seperti:

- Angkutan Kota Purwokerto, Cilacap, Purbalingga, dan Banjaregara

- Angkutan Pedesaan di Banyumas Raya

- Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP)

- Taksi

- Bus Trans Jateng Aglomerasi Barlingmascakeb

- Bus Trans Banyumas

Matinya angkutan kota dan Angkutan antar kota dalam propinsi di eks Karesidenan Banyumas.

Beberapa hari yang lalu penulis melakukan perjalanan dari Yogyakarta ke Banyumas dengan menggunakan Kereta Api dari Stasiun Tugu dan turun di Stasiun Purwokerto. Dalam perjalanan tersebut dilanjutkan menggunakan bus tujuan Wangon dari Terminal Bus Bulupitu Purwokerto.

Satu dekade yang lalu Terminal Purwokerto sangat ramai dipenuhi pengguna transportasi publik maupun orang-orang yang mencari nafkah dengan menawarkan jasa kuli panggul. Namun alangkah terkejutnya manakala berkunjung ke Terminal Purwokerto untuk mencari bus tujuan Cilacap dari terminal Purwokerto setelah sekian lama tidak menggunakan angkutan umum.

Kondisi di lapangan saat ini sangat memprihatinkan, terminalnya sepi pengunjung dan bus tujuan Cilacap dan tujuan kota lain banyak sekali yang berhenti beroperasi alias tutup. Contoh yang penulis alami adalah matinya bus PO Keluarga Ungu tujuan Purwokerto - Cilacap via Menganti, bus PO Keluarga Hijau tujuan Purwokerto - Cilacap via Kroya, dan Bus PO Keluarga Oranye Tujuan Purwokerto - Cilacap via Wangon.

Saat saya mencari bus, ada beberapa kernet yang menanyakan mau kemana, dan menawarkan untuk menaiki bus mereka. Setelah mengutarakan tujuannya kemana, beberapa kernet maupun supir bus mengatakan "bus jurusan ini sudah gak ada mas, bisanya naik bus ini. Bus itu sudah gak beroperasi lagi" saya pun tidak langsung percaya dengan apa kata mereka, karena berdasarkan pengalaman, meskipun mereka berkata begitu sejatinya bus tersebut masih ada, mereka biasanya 'membohongi' penumpang agar naik bus mereka (ini pengalaman dulu yang sering tertipu, mereka bilang "bus jurusan ini sudah kosong mas, bus terakhir barusan pergi", padahal bus tersebut masih ada). Namun kali ini apa yang mereka katakan benar adanya bahwa beberapa bus tersebut benar-benar sudah tidak ada.

Kondisi PO Bus Purwokerto-Cipacap PP.

Setelah menunggu berjam-jam akhirnya bus PO Keluarga oranye relasi Purwokerto - Cilacap via Wangon muncul dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Saya kira bus tersebut sudah benar-benar tidak ada, namun ternyata masih ada beberapa yang tetap beroperasi dengan kondisi yang mengenaskan. Kondisi tersebut karena perusahaan otobus tersebut memang sudah berhenti beroperasi, mungkin bus-bus yang masih dapat di jalankan tersebut dimanfaatkan oleh sopir dan kernetnya.

Kesan pertama ketika saya menaiki bus tersebut adalah kondisinya yang jauh dari kata layak, kotor, dan kursinya sobek-sobek mirip seperti bus hantu dalam film. Begitupula saat bus tersebut dijalankan, suaranya yang tidak lagi halus, kaca jendela yang sangat berisik dan yang paling mengejutkan adalah tarif bus yang diluar dugaan. Entah karena saya sudah lama tidak naik bus tersebut atau memang tarifnya yang naik drastis.

Saya pikir tarif bus yang berhenti di Wangon akan dikenakan tarif 10 ribu, tapi nyata-nyata ditarik 20 ribu. Bukan hanya saya yang terkejut, ada ibu-ibu penumpang tujuan terminal Cilacap yang komplain manakala di tarik ongkos sebesar 40 ribu. Ibu-ibu tersebut bilang "biasanya 25 ribu loh mas, kok sekarang 40rb?" dengan nada yang kurang senang.

Jika dipikir-pikir memang tarifnya yang berlebihan, karena bus Efisiensi Jogja-Cilacap atapun Jogja-Purwokerto saja hanya dikenakan tarif 100 ribu dengan fasilitas bus yang nyaman dan ber AC. Selain itu trayek Purwokerto Jogja cukup jauh dibandingkan Bus Purwokerto-Cilacap dengan jarak kira-kira 4 kali lipat dari jarak Purwokerto-Cilacap.

Bus Keluarga Cilacap
Kondisi Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Terminal Purwokerto, Jawa Tengah

Penyebab Matinya PO Bus Milik Swasta di Banyumas Raya.

Ada beberapa alasan yang mempengaruhi matinya perusahaan otobus di wilayah eks Karesidenan Banyumas. Alasan matinya PO Bus tersebut dapat di lihat dari beberapa faktor.

Pertama, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Propinsi mulai melakukan subsidi ataupun membuat trayek bus dalam kota ataupun bus antar kota di beberapa kota besar di Indonesia, salah satunya di Banyumas Raya. Trayek bus milik Kementerian Perhubungan di Banyumas adalah Trans Banyumas (Teman Bus), sedangkan milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah ada Trans Jateng (Koridor Purwokerto - Purbalingga).

Adanya kedua moda transportasi tersebut menyebabkan Angkutan Kota Purwokerto "hidup segan mati tak mau". Selain itu angkutan antar kota jurusan Purwokerto-Purbalingga juga banyak yang mengeluh dengan penurunan Penumpang setelah adanya Trans Jateng.

Kedua, Adanya pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk di Banyumas Raya. Pada saat pandemi banyak perjalanan yang terhambat karena adanya PPKM ataupun PSBB yang mana pemerintah membatasi pergerakan masyarakat. Konsisi ini menyebabkan angkutan masal sangat terdampak, akibatnya banyak Perusahaan Otobus (PO) yang gulung tikar ataupun berhenti beropersi sementara. Namun hingga kini kondisi tersebut tidak banyak berubah, masih banyak PO yang belum beroperasi kembali atau mungkin sudah tutup permanen.

KetigaBanyak masyarakat yang memilih menggunakan kendaraan pribadi. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh Pandemi Covid-19, dimana masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi karena alasan keamanan atau menghindari tertular Covid-19. Tentu, ini yang menyebabkan penumpang angkutan masal sangat jauh menurun.

Keempat, Masyarakat lebih memilih angkutan masal yang nyaman, aman, dan murah. Hal ini bisa dilihat dari trafik pengguna Trans Banyumas dan Trans Jateng yang beroperasi di Perkotaan Purwokerto hingga Purbalingga yang cukup banyak penggunanya. Bahkan Load Factor Trans Banyumas (Teman Bus) adalah yang tertinggi dari Bus BTS (Teman Bus) yang beroperasi di kota lain di Indonesia.

Kelima, Adanya angkutan online seperti Gojek, Grab, atau Ojek online lainnya di Purwokerto. Tidak di pungkiri ojek / taksi online termasuk salah satu penyebab sepinya angkutan perkotaan di Purwokerto, pasalnya tarif yang terjangkau dengan layanan yang lebih cepat dan lebih baik menjadi pilihan pengguna angkutan umum online.


Begitulah gambaran tentang Angkutan Umum yang ada di Banyumas Raya saat ini. Semoga kedepannya menjadi lebih baik lagi layanan transportasi di wilayah Banyumas Raya. Selain itu ada sinergitas antara Pemerintah dengan Pengusaha lokal (swasta) untuk memajukan angkutan umun yang nyaman, aman, dan murah untuk masyarakat.

Posting Komentar untuk "Matinya Angkutan Kota dan Angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKDP) di Banyumas Raya"