Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Wisata Alam Posong, Semua Gunung Terlihat dalam Satu Frame
Kartu by.U, kartu digital pertama Indonesia
Xiaomi Redmi Cepat rusak?
Tips diet mudah, turun 8kg 2 bulan!
Cara mengembalikan foto yang terhapus

Mengapa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Negara bukan Bahasa Jawa atau Bahasa Melayu?

embrio bahasa indonesia


BOODS.ID - Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antara manusia satu dengan manusia lainnya, bahasa bisa berwujud verbal (suara), tulisan, atau gerakan. Setiap negara memiliki bahasa nasionalnya sendiri-sendiri. Bahasa yang digunakan bisa berasal dari wilayah negaranya sendiri atau mengadopsi dari negara lain, misalnya Amerika yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa nasional amerika, atau Brazil yang menggunakan bahasa Portugis, bahasa dari negara yang menjajah Brazil.

Sedangkan di lingkup ASEAN, Singapura satu-satunya negara yang menjadikan bahasa inggris menjadi bahasa resmi negara. Sedangkan negara lain di kawasan tetap menggunakan bahasa yang berasal dari wilayahnya sendiri. Contohnya seperti Filipina yang menggunakan bahasa Tagalog sebagai bahasa utama, Thailand yang menggunakan bahasa Thai, Kamboja yang menggunakan bahasa Khmer. Di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam menggunakan bahasa Melayu sebaga Bahasa Kebangsaan. Namun istilah Bahasa Melayu di Indonesia sudah berganti mejadi Bahasa Indonesia.

Indonesia (pemerintah) mengakui bahwa Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu, namun bahasa melayu yang dimaksud adalah Bahasa Melayu Riau. Bahasa Melayu berawal dari Kerajaan Melayu (Kesultanan Johor-Riau). Jadi baik Indonesia ataupun Malaysia sama-sama memiliki Bahasa Melayu.


Kenapa Indonesia mengubah nama Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia?

Terkait perubahan nama Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia adalah status Bahasa Melayu di Indonesia yang hanya sebatas bahasa "daerah", sedangkan di Indonesia banyak daerah yang memiliki bahasa masing-masing. Indonesia adalah negara yang memiliki bahasa terbanyak kedua di dunia setelah Papua New Guinea. Apa jadinya jika bangsa yang memiliki ratusan bahasa menggunakan satu bahasa daerah saja (Melayu) sebagai bahasa kebangsaan, pasti akan terjadi perpecahan antar daerah. Orang Papua yang merasa bukan orang Melayu tidak akan menerima "Bahasa Melayu", orang Jawa yang memiliki bahasa Jawa pun akan menolak penggunaan Bahasa melayu, begitu pula dengan daerah lain yang akan melakukan hal yang sama.

Namun dengan perubahan nama menjadi Bahasa Indonesia, mereka yang tidak mengidentifikasikan diri sebagai 'orang melayu' akan menerima "Bahasa Indonesia" meskipun sejatinya Bahasa Indonesia sendiri adalah Bahasa Melayu. Ini terjadi karena tidak ada unsur/frasa kedaerahan. Berbeda dengan Malaysia yang hampir keseluruhan daerahnya menggunakan Bahasa Melayu, maka dengan menggunakan nama Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional tidak menjadi soal di wilayah Malaysia. Hanya beberapa yang berbicara dengan bahasa selain melayu di Malaysia, yaitu suku dayak di Sarawak yang yang menggunakan bahasa Iban dalam keseharian.

Mungkin bagi orang Malaysia akan berpikir bahwa perubahan nama bahasa ini adalah bentuk kesalahan, tapi bagi orang Indonesia perubahan nama ini adalah perkara tepat, karena jika kita melihat alasan diatas, bahwa Negara Indonesia yang emiliki ratusan bahasa daerah akan sulit menerima bahasa daerah lain sebagai bahasa Nasional. Selain itu, perubahan nama bahasa juga turut di pengaruhi oleh jiwa nasionalisme pada masa kolonial penjajahan dulu. Selanjutnya, Bahasa Melayu yang di gunakan di Indonesia (Bahasa Indonesia) sudah banyak menyerap bahasa daerah lain seperti Bahasa Jawa, bahasa Sunda, Bahasa Bali, Bahasa Batak, Bahasa Bugis, dan bahasa lain daerah lainnya. Begitu pula Bahasa Indonesia yang menyerap kosakata dari Bahasa Belanda dan Portugis. Sedangkan Bahasa Melayu di Malaysia tidak menyerap kosa kata dari bahasa lain seperti halnya Bahasa Indonesia. Satu-satunya Bahasa yang di serap oleh Bahasa Melayu Malaysia adalah Bahasa Inggris. Hal inilah yang menjadikan Bahasa Indonesia sudah jauh berkembang daripada Bahasa Melayu. Komposisi Bahasa Indonesia saat ini sudah jauh berbeda dengan Bahasa Melayu, maka Perubahan nama bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia adalah perkara yang tepat.


Kenapa Indonesia tidak menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa Nasional?

Kita tahu bahwa penduduk mayoritas orang Indonesia adalah orang jawa, bahkan 60% penduduk Indonesia tinggal di pulau jawa. Lantas kenapa tidak menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa Kebangsaan? Pertanyaan itu mungkin timbul di benak kita mengingat bahwa bahasa jawa merupakah bahasa yang paling banyak di gunakan di Indonesia.

Seperti yang sudah dijelasakan di atas, bahwa Indonesia memiliki ratusan bahasa dan menjadi negara dengan bahasa daerah terbanyak ke dua di dunia, maka jika mengambil Bahasa Jawa sebagai bahasa Negara akan terjadi perpecahan di daerah lain. Lalu kenapa tidak mengubah nama Bahasa jawa menjadi Bahasa Indonesia seperti mengubah Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia? Hal ini tidak mudah, selain bahasa jawa yang sulit dipahami karena memiliki huruf atau abjad yang rumit, bahasa jawa juga memiliki tingkatan bahasa yang berbeda terhadap kondisi, status, atau kedudukan yang berbeda.


Apa kaitannya Bahasa Melayu dengan sejarah Bahasa Indonesia?

Bahasa Melayu adalah bahasa yang sudah digunakan di Nusantara sebagai bahasa perdagangan (lingua franca), maka Bahasa Melayu bukan bahasa yang asing di tanah nusantara. Bahasa melayu sudah digunakan di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal inilah yang menjadi alasan Bahasa Melayu sebagai embrio dari Bahasa Indonesia.


Sikap Malaysia tidak konsisten terhadap Bahasa Indonesia

Penutur Bahasa Indonesia bagi sebagian orang Melayu adalah bahasa yang lain. Malaysia tidak menerima seutuhnya Bahasa Indonesia sebagai bagian dari Bahasa Melayu dan menganggap Bahasa Indonesia adalah bahasa asing. Misalnya saat ada pidato atau penelitian ilmiah, Bahasa Indonesia tidak berlaku di Malaysia dan menganggap bahwa Bahasa Indoneisia bukanlah bahasa melayu. Bahkan sebagian orang Malaysia merendahkan penutur Bahasa Indonesia.

Disisi lain, kerajaan Malaysia mengakui bahwa penutur Bahasa Melayu di seluruh dunia sekitar 300juta penutur, yang mana jika melihat jumlah penduduk Malaysia tidak lebih dari 40 juta penduduk. Itu artinya kerajaan Malaysia menganggap penutur Bahasa Indonesia diakui sebagai bagian dari pada penutur Bahasa Melayu. Melihat kondisi itu, maka ada ketidakkonsistenan Malaysia dalam mengkategorikan Bahasa Indonesia.


Banyak generasi muda Malaysia yang tidak memartabatkan Bahasa Melayu

Bahasa Melayu adalah Bahasa Nasional Malaysia, namun di Malaysia ada 3 kaum yang dominan yaitu Melayu, China, dan India. Ketiga kaum tersebut menggunakan bahasa pengantar dan bahasa keseharian masing-masing. Orang keturunan China menggunakan Bahasa Mandarin, orang keturunan India menggunakan Bahasa Tamil dan orang Melayu menggunahan Bahasa Melayu. Tapi sekarang ini orang melayu sendiri lebih menyukai Bahasa Inggris. Hal ini berbeda dengan Indonesia yang sangat menjunjung tinggi Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia.


Status Bahasa Melayu di Indonesia dan Malaysia

Di Indonesia, Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa daerah dari ratusan bahasa daerah, sedangkan di Malaysia, Bahasa Melayu adalah Bahasa Nasional atau Bahasa Kebangsaan. Di Riau ada dua bahasa berlaku, yaitu Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Meskipun sejatinya Bahasa Indonesia itu sendiri berasal dari Bahasa Melayu, akan tetapi perkembangan bahasa dan logat/dialek yang menjadikannya berbeda, sehingga keduanya sudah tidak bisa lagi dikatakan sama.

Mungkin kalau kita analogikan kedua bahasa ini, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu diibaratkan Bahasa Jawa. Dimana Bahasa Jawa Mataraman (Jogja, Solo, dan sekitarnya) dengan bahasa Jawa Banyumasan sama tapi beda. atau bahasa Jawa Mataraman dengan Bahasa Jawa Suroboyoan. Sama-sama satu rumpun bahasa (bahasa Jawa), tapi logat dan kosakatanya ada yang berbeda.

Bagaimana menurut kamu?

Posting Komentar untuk "Mengapa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Negara bukan Bahasa Jawa atau Bahasa Melayu?"