Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Wisata Alam Posong, Semua Gunung Terlihat dalam Satu Frame
Kartu by.U, kartu digital pertama Indonesia
Xiaomi Redmi Cepat rusak?
Tips diet mudah, turun 8kg 2 bulan!
Cara mengembalikan foto yang terhapus

Pandemi belum berakhir, bagaimana kita menyikapinya?

BOODS.ID - Kehidupan di tanah air pasca diberlakukannya bentuk kenormalan baru atau New Normal berangsur-angsur mulai menunjukkan suatu titik terang. Pasalnya, berbagai sektor yang sempat terpuruk imbas dari adanya Status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), mulai terlihat dapat bangkit kembali. Tak hanya itu, aktivitas perekonomian-pun juga ikut dapat merasakan “hembusan angin segar” – maka khalayak kembali beranjak mencari penghidupan.

Mengenal Omikron, Apa Sih Sebenarnya?

Namun, kondisi tersebut seakan hanya akan menjadi utopia. Hal ini dikarenakan pandemi COVID-19 belum kunjung secara utuh dikatakan selesai oleh badan kesehatan dunia, World Health Organization (WHO). Bahkan pemerintah lagi-lagi memperketat pergerakan masyarakat dengan kembali memberlakukan PPKM Level 3 di beberapa kota besar, sebagai upaya pencegahan dalam meminimalisir transmisi varian baru Virus Corona yang diberi nama Omikron. Lantas, seperti apakah varian ini sebenarnya?

Dilansir dari berbagai sumber, nama Omikron (seperti juga nama varian yang lainnya) di ambil dari Alfabet Romawi: merupakan salah satu varian mutasi yang dimiliki oleh Virus SARS-CoV-2 (Corona) dengan kode lineage B.1.1.529. Nomenklatur dari varian ini sendiri melanjutkan penamaan sebelumnya yaitu ‘Mu’, dan merupakan varian kelima yang ditetapkan WHO sebagai varian perhatian seksama (variants of concern).

Apabila melihat atribusi yang dimilikinya, data menyatakan bahwa Varian Omikron memiliki tingkat keparahan (degree of severity) yang tidak begitu fatal, namun memiliki tingkat transmisi yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan kemampuannya yang dapat menghindari kekebalan tubuh seseorang, baik yang terbentuk secara alami (pernah terjangkit) maupun yang di dapatkan melalui dua dosis vaksinasi. Gejala keterjangkitan yang dimilikinya-pun hampir sama dengan gejala umum varian-varian sebelumnya, seperti demam, simptoma flu dan radang, hingga kehilangan indera pengecap serta penciuman (anosmia).

Atribusi tersebut jugalah yang menjadi perhatian pemerintah. Guna memutus rantai persebaran dan menjaga kurva ketersediaan fasilitas medis agar tetap landai, pemerintah-pun akhirnya kembali menerapkan kebijakan-kebijakan preventif dan represif. Terlebih lagi di awal tahun 2022 ini banyak hari-hari raya dan libur nasional yang bisa memantik mobilitas masyarakat dalam skala besar, seperti Hari Natal dan Tahun Baru, Hari Raya Imlek, serta memasuki Bulan Suci Ramadhan.

Selain kembali diberlakukannya PPKM, perealisasian kebijakan ini juga dilakukan dengan berbagai cara yang lain, seperti: menggencarkan program vaksinasi guna mencapai target ‘kekebalan kelompok’ (heard immunity); menghimbau masyarakat untuk tidak lengah dan selalu disiplin menjaga protokol kesehatan; memperbesar kapasitas dan daya tampung fasilitas medis; serta lain sebagainya. Upaya pemerintah ini tentu saja hanya akan “bertepuk sebelah tangan” apabila tidak diiringi dengan peran serta dan partisipasi aktif dari masyarakat.

Agar dapat berhasil, masyarakat tentu harus ikut berkontribusi menyukseskan berbagai program yang digalakkan oleh pemerintah tersebut: menuntaskan dosis vaksinasi satu dan dua; melakukan booster/dosis tiga untuk para frontier serta tenaga medis; giat melakukan tes antigen dan PCR apabila bepergian jauh/keluar domisili; melakukan isoman (isolasi mandiri) atau mencari penanganan medis terdekat apabila merasakan gejala-gejala infeksi virus; dll. Berbagai implikasi ini niscaya akan menjadi suatu bentuk sinergis yang dapat mempercepat pemulihan situasi dan kondisi terdampak pandemi.

Harapan dari banyak pihak, Omikron akan menjadi varian terakhir yang dimiliki oleh sang virus. Tapi akan selalu ada kesempatan bagi varian-varian lainnya untuk kembali bermunculan. Pandemi tentu menyulitkan semua pihak – hampir tidak ada elemen yang di untungkan karenanya. Namun melalui upaya bersama dan dengan saling bahu-membahu dalam mengarungi masa-masa krisis, pandemi ini pasti akan segera berlalu.

Posting Komentar untuk "Pandemi belum berakhir, bagaimana kita menyikapinya?"