Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Wisata Alam Posong, Semua Gunung Terlihat dalam Satu Frame
Kartu by.U, kartu digital pertama Indonesia
Xiaomi Redmi Cepat rusak?
Tips diet mudah, turun 8kg 2 bulan!
Cara mengembalikan foto yang terhapus

Filsafat; Tentang Tuhan, Manusia, dan Alam Semesta

 

Filsafat pendidikan

BOODS.ID - Ada tiga unsur yang harus diketahui dalam Islam: Yaitu masalah Tuhan, masalah manusia, dan masalah alam. Ketiga topik tersebut merupakan topik utama yang dibahas dalam Islam maupun agama-agama lain yang ada di dunia ini. Hubungan antara ketiga masalah ini merupakan hal yang penting. Oleh karena itu, ketiga masalah utama ini selalu dipelajari oleh manusia modern.

Manusia merupakan pemimpin (Khalifah) di muka bumi, maka sudah seharusnya manusia bertanggungjawab, merawat, menjaga, dan harus mempertahankan alam semesta yang sakral ini agar tidak hancur dan rusak. 

Alam adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh umat manusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Di alam ini manusia tidak dapat hidup mandiri, karena sesungguhnya manusia membutuhkan alam. Karenanya manusia dan alam saling membutuhkan dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Alam semesta ini membutuhkan manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan  manusia  membutuhkan  alam  sebagai  sarana  berinteraksi dengan manusia lainnya.

Alam merupakan tempat yang suci dan sakral. Ketika dunia dilihat sebagai suatu tempat yang sakral, maka alam semesta butuh untuk diperlakukan dengan tanggungjawab, peduli dan hormat. Dan peran kita dalam tempat yang sakral ini adalah menjaga, merawat dan melindunginya. Hasil akhir yang diharapkan oleh kita semua adalah kembalinya sebuah kesakralan alam semesta ini.


Mari kita bahas lebih mendetail.

Sebelum kita menghubungkan ketiga topik tersebut, alangkah baiknya kita pahami terlebih dulu apa pengertian dari Tuhan, Manusia, dan Alam Semesta sebagaimana berikut ini:

A. Pengertian Tuhan

Kata "Tuhan" merujuk kepada suatu Dzat abadi dan supranatural, biasanya dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta. Tuhan adalah sesuatu yang terdapat dalam pikiran manusia. Dalam struktur manusia, hati merupakan kamar kecil yang di dalamnya terdapat hati nurani, suara hati atau bisa dikatakan satu titik kecil yang tersembunyi secara kuat dan rapih di dalam hati. Hati nurani merupakan garis manusia dengan Tuhan atau merupakan titik penghubung antara manusia dengan Tuhan.

Tuhan merupakan sang pencipta manusia dan alam semesta, dan Tuhan mengandung pengertian sebagai pendidik dan Tarbiyah (yang menumbuh kembangkan sesuatu secara bertahap dan berangsur-berangsur hingga sempurna). Dengan demikian, Tuhan adalah yang mengurus, mengatur, memperbaiki proses penciptaan alam semesta ini beserta isinya. Dalam Islam Tuhan yaitu Allah. Dialah pencipta alam semesta ini beserta seluruh isinya. Dia disebutkan dalam Al-Qur'an lebih dari 2500 kali, penyebutan tersebut di luar sebutan subtansi-Nya seperti al-Rabb atau al-Rahman, dll.

B. Eksistensi Tuhan

Pembahasan tentang eksistensi Tuhan secara filosofis sebenarnya menuntut pembuktian yang berdasarkan nalar. Inilah yang menjadi perdebatan golongan orang-orang filsuf, teolog dan sufi. Perdebatan antar ketiga golongan tersebut dalam tradisi keilmuan Islam begitu intens sehingga tak jarang mereka saling mengkafirkan, memurtadkan dan mensekularkan satu sama lain. Perdebatan terjadi karena epistemologi yang digunakan ketiga golongan tersebut berbeda. Dengan mengikuti kerangka ilmu filsafat ilmu Mohammad Abid Al-Jabiri, golongan filosofis menerapkan epistemologi burhani yang bersumber dari akal, golongan ushuliyyin menggunakan epistemologi bayani yang bersumber dari teks, sementara golongan sufi menerapkan epistemologi irfani yang lebih menekankan pada intuisi.


C. Pengertian Manusia

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Manusia adalah makhluk yang berakal budi atau insanul kamil yang memiliki arti makhluk yang paling sempurna. Dikatakan sempurna karena manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia memiliki fisik yang sempurna, akal, dan nafsu. Sedangkan makhluk Tuhan yang lainnya tidak demikian. Hewan memiliki fisik dan nafsu tapi tidak memiliki akal. Bangsa jin atau syaitan memiliki akal dan nafsu tapi tidak memiliki fisik.

Pengertian manusia yang ada dalam Al-Quran yaitu :

a. Insan.

Insan berasal dari kata Ins, Nas, Unas, dan Nasiya. Berikut kata yang merujuk kata insan.

- Al-Uns yang berarti jinak atau harmoni dan tampak. Jinak artinya manusia bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya, tidak seperti binatang yang umumnya liar.

-Nasiya yang berarti lupa dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa. Ini menunjukan bahwa manusia selalu terkait dengan kesadaran.

- Anasa Yanusu yang artinya berguncang menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya. Ini menunjukan adanya keterkaitan substansial antara manusia dengan kemampuan penalaran. Dengan penalaran manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, dan terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yang bukan haknya. Pengertian ini menunjukan bahwa pada manusia terdapat potensi untuk dapat dididik, sehingga ia disebut juga makhluk yang di beri pelajaran.

Manusia dalam pengertian insan menunjukan makhluk yang berakal, untuk menunjuk kepada manusia secara menyeluruh dalam jiwa dan raga. Dapat juga dikatakan bahwa manusia sebagai insan menunjukan manusia sebagai makhluk psikis yang mempunyai potensi rohani, seperti fitrah, kalbu, dan akal. Potensi inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang tertinggi martabatnya dibandingkan makhluk-makhluk lainnya yang di ciptakan Tuhan.

b. Al – Basyar (Makhluk Biologis)

Al-Basyar merupakan bentuk jamak dari kata Basyarah yang berarti kulit. Manusia disebut Al-Basyar karena memiliki kulit yang tampak, dan berbeda dengan kulit makhuk Allah yang lain. Dengan demikian istilah basyar adalah gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, makan, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

c. Bani Adam atau Zurriyat Adam

Manusia disebut dengan Bani Adam karena manusia merupakan keturunan dari Nabi Adam. Penggunaan istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia bukanlah hasil evolusi makhluk anthropus (sejenis kera) sepeeti yang di kemukanan ilmuwan. Manusia dalam pandangan Al-Quran bukan pula makhluk anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan  (perwujudan) sifat-sifat Tuhan.

 

D. Hakekat Manusia

Manusia memiliki dua elemen utama yaitu jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan fisik atau jasmani memungkinkan manusia untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan dukungan fisik. Sedankan dengan kelengkapan rohaninya, manusia dapat mengunakannya untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan dukungan mental. Maka dari itu, diperlukan pembinaan dan bimbingan agar kedua unsur tersebut dapat berfungsi dengan baik. Disini lah letak Pendidikan sangat diperlukan untuk menyeimbangkan antara keduanya.  

Berikut adalah penjelasan antara kedua komponen tersebut.

 a. Jasmani

Manusia sebagai pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bisa diraih dengan jasmani yang sehat dan kuat. Aspek jasmaniah merupakan salah satu pokok untuk mendapatkan kemajuan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia, Kebutuhan jasmani berfungsi sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan manusia terutama sebagai sarana untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

b. Rohani

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak hanya membutuhkan soal makanan saja. Manusia juga memerlukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan batinnya. Berbeda dengan makhluk Allah lainnya yang tidak memiliki emosi dan perasaan, manusia perlu untuk bersosialisasi dengan manusia disekitarnya, liburan, beribadah, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pemenuhan kepuasan batin. Kebutuhan batin ini bukan dalam bentuk fisik, akan tetapi suatu yang berpengaruh besar bagi kebahagiaan manusia. Pemenuhan kebutuhan rohani tersebut menciptakan perasaan bahagia bagi manusia. Jika kebutuhan rohani tidak dapat terpenuhi, maka manusia akan mudah stress dan terkena depresi.

Beberapa potensi rohani yang dimiliki oleh manusia yaitu sebagai berikut:

- Fitrah

Fitrah secara harfiah berasal dari bahasa Arab yaitu fithrah yang memiliki arti perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, dan ciptaan. Selain itu, ada kata fathara yang mempunyai arti belahan, maka dari itu muncul kata lain yaitu kejadian dan penciptaan. Makna fitrah yang berarti penciptaan merupakan makna yang lazim dipakai dalam penciptaan manusia, baik penciptaan fisik (al-jism), maupun psikis (an-nafs)

- Syahwat

Syahwat berasal dari bahasa arab syahiya-syaha yasyha-syahwatan secara istilah berarti menyukai dan menyenangi. Sedangkan pengertian syahwat adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya.

- Akal

Akal yang berasal dari bahasa arab aqala yaitu mengikat atau menahan. secara umum akal dipahami sebagai potensi yang disiapkan untuk menerima ilmu pengetahuan. Aqala mengandung arti yaitu mengerti, memahami, berfikir.

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa hakikat manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki berbagai potensi untuk tumbuh dan berkembang menuju kepada kesempurnaan.


E. Pengertian Alam.

Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini, selain daripada Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah alam ghoib dan alam semesta.

Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian-Nya. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang sempurna dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah-kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan sistem yang unik dan misterius.

Menurut Al Quran tentang penciptaan alam semesta dapat dilihat pada beberapa surat dalam Al-Qur'an yaitu:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [QS. Al-Anbiya : 30]

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. [QS. Al-A'raf : 54]

Bumi sebelumnya adalah planet yang gersang dan mati kemudian Allah menghidupkannya dengan menurunkan air dari langit.

“Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.” [QS. An Nahl : 65]

Filsafat pendidikan Islam


F. Hubungan Tuhan, Manusia dan Alam

Hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta sangatlah erat. Kita percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia dan alam semesta ini adalah bentuk kesempurnaan sang pencipta. Manusia dan alam semesta tidak akan berarti tanpa adanya Tuhan, manusia serta alam tidak akan tercipta tanpa adanya Dzat . Agama kita mengajarkan bahwa seharusnya kita selalu bersyukur atas apa yang sudah tuhan berikan untuk kita dan alam semesta ini.

Banyak cara untuk kita bersyukur kepada Tuhan dengan bersembahyang, berdoa, beramal saleh, dan lain sebagainya. Hubungan manusia dengan Tuhan tidaklah sama dengan hubungan manusia dengan manusia, atau hubungan manusia dengan alam. Hubungan manusia dengan Tuhan adalah dengan cara Bathin, manusia dengan Tuhan tidak akan bisa terpisahkan.

Hubungan manusia dengan alam pun sama halnya dengan manusia dengan manusia. Manusia an alam saling membutuhkan satu sama lain. Begitu juga manusia dengan manusia yang saling membutuhkan. Kehidupan manusia dapat berlangsung karena adanya alam, alam diciptakan Tuhan untuk dapat memenuhi semua kebutuhan hidup manusia. Begitu pula sebaliknya, Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi (alam semesta) ini untuk menjaga dan merawat alam. Namun sekarang ini, manusia sudah mulai merasakan dampak dari tidak seimbangnya pemakaian dengan perawatan. Akibat buruk dari ketidakseimbangan manusia dengan alam adalah terjadinya bencana. Manusia serakah alam pun marah, bencana alam seperti, banjir dan tanah longsor adalah bentuk kemarahan alam teradap manusia. 

Sudah seharusnya apa yang kita berikan kepada alam dan apa yang kita ambil dari alam harus seimbang. Kita menjaga dan merawat alam, maka alam akan memberikan hasil alamnya untuk kita. Jadi ada timbal balik antara manusia dengan alam.

Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa antara Tuhan, manusia dan alam semesta,  saling berhubungan satu sama lain. Hubungan Tuhan, manusia, dan alam semesta sangatlah erat. Jika salah satu ada yang tidak ada maka keseimbangan atau hubungan itu akan terganggu. Jika tidak ada Tuhan, tidak mungkin ada manusia dan alam. Jika tidak ada manusia, maka alam pun akan menjadi sia-sia dan tidak terawat. Dan jika tidak ada alam semesta, manusia tidak akan hidup.


G. Kesimpulan

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa Tuhan, Manusia dan Alam mempunyai hubungan yang sangat erat atau terkait, dimana Tuhan adalah pencipta alam semesta beserta seluruh isiniya, termasuk manusia. Sedangkan manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan sebagai khalifah (pemimpin) di alam ini untuk menjaga ciptaan Tuhan.

Alam semesta dan manusia saling membutuhkan, alam membutuhkan manusia untuk menjaga, merawat dan melindunginya. Sedangkan manusia membutuhkan alam semesta untuk kebutuhan hidup, pendidikan dan lain sebagainya. Maka dari itu, hubungan Tuhan, manusia, dan alam sangat erat, jika salah satu ada yang tidak ada maka keseimbangan atau hubungan itu akan terganggu dan bahkan mungkin tidak akan ada hubungan antara satu dengan yang lain.

Manusia mempunyai tanggung jawab terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, terhadap keberadaan dan kelestariannya. Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan diciptakannya itu untuk kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian dari alam semesta, bertanggung jawab pula untuk menjaga, merawat dan melestarikannya.


DAFTAR PUSTAKA


https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ir/article/view/944/730

https://binus.ac.id/character-building/2019/06/alam-sebagai-entitas-spirtual/

Posting Komentar untuk "Filsafat; Tentang Tuhan, Manusia, dan Alam Semesta"